Selasa, 09 Februari 2010
Materi Minggu-1



BAHAN-BAHAN DASAR PEMBENTUK MUSIK


Sebagaimana halnya produk-produk manusia yang lain seperti kendaraan bermotor, gedung, senjata, dan apapun yang terdapat di dunia ini, bahkan termasuk manusia sendiri yang merupakan ciptaan Tuhan, maka musik pun tersusun dari unsur-unsur yang membentuk keberadaannya. Jika dibandingkan dengan manusia hidup maka musik juga memiliki jiwa, jantung, pikiran, dan kerangka. Jiwa musik terdapat pada melodi, jantung atau denyut jantungnya adalah ritme, pikiriannya adakah harmoni dan kontrapung, dan kerangkanya ialah bentuk. Beberapa komponen pendukung keberadaan musik tersebut tersusun dari bahan-bahan pembentuk unsur-unsur tersebut yang akan dibahas dalam bab ini.


5.1. Bunyi

Bunyi dan nada dipelajari dalam mata pelajaran iImu akustika musik. Biasanya ilmu akustika dipelajari sebagai landasan dalam memahami produksi bunyi berbagai instrumen musik. Secara akustik, bunyi dihasilkan oleh getaran. Sebagai contoh ialah fenomena produksi suara yang dihasilkan dengan jalan menggesekkan alat penggesek (bow) pada dawai-dawai biola. Contoh lain ialah petikan pada dawai-dawai gitar. Perlu dicatat bahwa bunyi bukan vibrasi melainkan efek yang dihasilkan vibrasi. Secara sederhana bunyi adalah sensasi otak. Bunyi yang diproduksi alat musik maupun apa saja, menyebar ke segala arah. Beberapa di antaranya ditangkap oleh telinga kemudian dikirim ke otak. Otak kemudian menerjemahkan pesan-pesan tersebut sebagai bunyi.

Nada memiliki tingkat ketinggian yang berbeda-beda. Tingkat ketinggian bunyi maupun nada yang dalam istilah internasional disebut pitch (bahasa Inggris) ditentukan oleh kecepatan getar atau biasa disebut frekuensi. Getaran yang teratur pada jumlah tertentu dalam setiap detiknya menghasilkan nada-nada musikal yang membedakan dari bunyi yang diproduksi untuk tujuan lain. Semakin tinggi kecepatan getaran maka semakin tinggi pula tingkat ketinggian suatu bunyi atau nada. Sebuah nada dengan jumlah getaran tertentu akan menjadi satu oktaf lebih tinggi jika jumlah getarannya dilipat gandakan. Misalnya nada C tengah yang memiliki 256 getaran per detik, maka nada oktafnya, yaitu C berikutnya, akan memiliki 512 getaran per detik.

Berdasarkan tinggi rendahnya, penyebutan nada-nada musikalmenggunakan tujuh abjad pertama yaitu A, B, C, D, E, F, dan G, mulai dari yang terrendah hingga tertinggi. Nada kelipatannya yaitu A, yang hadir setelah G, disebut sebagai oktaf. Demikian pula seterusnya hal tersebut berlaku untuk kelipatan nada-nada yang lainnya. Secara umum wujud notasi nada ialah butir-butir yang berbentuk sedikit lonjong.


5.2. Garis Paranada

Butir-butir nada diletakan pada lima buah garis sejajar yang di Indonesia lazim disebut paranada (Inggris: Staff). Sitem penulisan butirbutir nada para paranada dikenal dalam masyarakat kita dengan istikah not balok. Pada dasarnya prinsip membaca not balok adalah sangat sederhana seperti halnya membaca sebuah grafik yang logis. Tingkat ketinggian nada dapat terlihat dengan jelas sebagaimana apa adanya pada paranada. Butir nada yang terletak di bawah menunjukkan nada yang rendah dan demikian pula halnya dengan nada yang tinggi tentunya terletak di wilayah atas. Pada garis paranada terdapat garis-garis vertikal pembatas iramam disebut garis birama. Di antara garis-garis pembatas terbentuk kolom-kolom yang disebut birama (Inggris: bar)

Nama-nama nada diterapkan sejalan dengan keadaan tersebut, sehingga semakin tinggi letak butir nada maka abjad yang digunakan semakin ke kanan. Pada ilustrasi di atas dapat kita maklumi bahwa posisi nada-nada pada paranada dapat diklasifikasikan pada dua tempat, yang pertama yaitu pada spasi atau di antara garis, dan yang kedua pada garis. Sebagaimana ditunjukkan pada birama pertama dan kedua dalam contoh di atas, secara berurutan nada B pada garis ketiga, terletak di atas nada A pada spasi kedua. Nada-nada yang berada di luar kelima garis sejajar atau paranada tersebut, diakomodasi seperlunya oleh garis-garis bantu yang diletakkan di atas maupun di bawah paranada.

Guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, maka penulisan nada pada paranada dapat disimak pada ilustrasi berikut ini:

Paranada dapat mengakomodasi seluruh wilayah nada-nada musikal dari yang terrendah hingga yang tertinggi. Untuk keperluan tersebut nama-nama nada pada paranada ditentukan oleh kunci (Inggris: Clef) yang berbeda-beda yang diletakkan pada setiap awal paranada. Penulisan nada-nada pada wilayah suara tinggi (Diskan) menggunakan kunci G (G clef) atau biasa juga disebut treble clef; nada-nada pada wilayah suara rendah (baskan) menggunakan kunci F atau biasa disebut bass clef. Di antara kedua kunci tersebut ada kunci-kunci lain yaitu kunci C yang biasa disebut dengan alto clef, untuk mengakomodasi penulisan nada-nada tengah.

5.3. Skala Nada

Dalam dunia pendidikan musik Indonesia “skala nada” lebih dikenal dengan istilah “tangga nada” sedangakan secara internasional disebut scale (Inggris). Nada-nada yang berurutan secara alfabetis adalah susunan nada-nada skala. Nada pertama pada sebuah skala memiliki kedudukan sebagai Tonika yang sekaligus menjadi nama dari tangga nada tersebut. Dengan demikian rangkaian nada-nada skala yang berawal dari B disebut tangganada B dan B adalah tonika dari tangga nada tersebut.

Rangkaian nada dalam melodi terdiri dari kombinasi berbagai susunan interval, yaitu jarak di antara sebuah nada dengan nada berikutnya. Interval diukur dengan menghitung jumlah nada-nada berderet yang seharusnya ada di antara dua nada berurutan yang membentuk interval, termasuk nada pertama dan terakhir. Oleh karena itu interval di antara C dan E ialah Tiga karena sebenarnya ada D di antaranya sehingga jumlah nada yang membentuk intervalnya ada tiga yaitu C-D-E. Demikian pula interval di antara C dan G ialah Lima berdasarkan penghitungan jumlah nadanya yaitu C-D-E-F-G.9

Melodi yang kita dengar sehari-hari tersusun dari skala tujuh nada atau disebut juga skala diatonis (dari bahasa Latin, dia = tujuh; tonus = nada). Berbeda dari pengertian jarak sebagai interval di antara dua nada, di antara nada-nada skala yang berurutan terdapat dua macam jarak yaitu jarak penuh (tone / whole) dan jarak setengah (semi tone/ half step). Kedua jenis jarak nada-nada skala tersebut telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pengembangan berbagai susunan skala dari ketujuh susunan nada tersebut oleh para komponis dan ahli teori musik, selama berabad-abad. Secara umum ada dua skala yang digunakan dalam musik klasik yang menggunakan sistem tonal, yaitu skala mayor dan minor. Skala mayor ialah yang memiliki jarak setengah di antara nada ketiga dan keempat, dan di antara nada ketujuh dan kedelapan (oktafnya). Contoh di bawah ini adalah skala C mayor.

Yang kedua ialah skala minor yang memilki tiga macam pola yaitu minor asli, minor harmonis dan minor melodis. Skala minor asli (natural) dengan jarak setengah di antara nada kedua dan ketiga, dan di antara nada kelima dan keenam. Jika diperhatikan maka karakteristik pola ini sama dengan skala mayor yang dimulai dari nada keenam. Dengan demikian sebutan minor asli pada pola ini menunjukkan bahwa ia berasal dari skala mayor dengan tanpa perubahan sedikit pun kecuali mulai dari nada keenam skala mayor.

Sementara skala minor natural berasal dari skala mayor, dua pola skala minor yang lain berasal dari skala minor asli. Skala minor harmonis menaikkan nada ketujuh setengah laras dengan menggunakan aksidental, yaitu tanda untuk menaikkan dan menurunkan nada asli. Pada skala minor harmonis ini nada G dinaikkan dengan tanda aksidental kres ( #) sehingga menjadi Gis yang lebih tinggi setengah laras. Penaikkan ini tampaknya bermaksud untuk mempertegas nada A di atasnya sebagai representasi tonika yang merupakan identitas skala tersebut yaitu skala A minor.

Sebagaimana halnya nada B dalam skala C mayor yang merupakan pengantar ke C, posisi Gis dalam skala A minor adalah juga sebagai pengantar ke A. Resiko dari penaikan ini ialah jarak yang melebar di antara nada keenam dan ketujuh sehingga terasa kurang melodis. Ketegasan tonika yang disebabkan penaikan tersebut menyebabkan pola skala minor ini lebih harmonis di bandingkan dengan minor asli. Ketegasan dan konsistensi skala ini menyerupai skala mayor sehingga cocok digunakan untuk menyusun harmoni.

Skala minor melodis memiliki karakteristik yang sesuai dengan namanya. Skala ini memiliki kecenderungan tonalitas yang lebih mirip dengan skala mayor yaitu di samping memiliki ketegasan tonika, juga lebih mengalir dibandingkan dengan minor harmonis sebagai akibat dari penerapan dua macam jarak nada saja yaitu tone dan semi tone. Keunikan skala minor melodis dibandingkan dengan ketiga skala lainnya ialah terdapatnya pola yang berbeda pada saat mulai atau naik dan saat kembali atau turun. Pada saat naik bukan hanya nada ketujuh yang dinaikkan namun juga nada keenam yaitu dari F menjadi Fis. Pada saat turun, kedua nada yang sebelumnya telah dinaikkan dengan tanda aksidental kres, kini dikembalikan ke nada aslinya dengan aksidental natural.

Dengan demikian pada saat turun polanya sama dengan skala mayor turun mulai nada keenam. Jika kedua nada tersebut tidak dikembalikan pada saat turun maka akan sama dengan pola skala A mayor turun dari tonikanya. Dengan kata lain skala tersebut telah bermodulasi secara pararel kepada kunci mayor. Pada skala minor natural turun statusnya tidak berubah menjadi C mayor karena mulai dari A sebagai tonikanya.

Di samping mayor dan minor tentu saja ada pola-pola skala yang lain yang jarang digunakan dalam musik klasik yang berbasis sistem tonal. Skala-skala tersebut di antaranya ialah modus-modus gereja Abad Pertengahan, skala whole-tone11 yang dipopulerkan Debussy, skala pentatonik (lima nada) yang digunakan untuk menciptakan efek-efek oriental. Di samping itu ada juga skala lain yang didasarkan atas skala diatonis yaitu skala kromatis; dari kata latin chrome yang berarti warna. Tampaknya maksud pewarnaan dalam konteks ini ialah penambahan nada-nada sisipan dari nada-nada pokok; misalnya di samping G ada Gis atau Ges yang lebih rendah setengah laras karena diturunkan oleh tanda aksidental mol .


Evaluasi

Apa yang dimaksud dengan :

a. Bunyi

b. Garis Paranada

c. Skala Nada

1 komentar:

Lhynnda Danardee mengatakan...

Evaluasi
a)bunyi aDaLah suatu bentuk gelombang longitudinal yang terbentuk oleh partikel zat perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran.

b)garis paranada merupakan garis untuk menempatkan not yang terdiri dari 4 spasi dan 5 garis.

c)skala nada: satu set atau satu kumpulan not musik yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang baku sehingga memberikan nuansa atau karakter tertentu

Posting Komentar

search term :
wallpaper beach free wallpeper art walpaper mobil sedan wallpapers oto blitz black pimmy ride Exotic Moge MotoGP Transportasi Mewah Honda SUV car body design Free Blogger template Free Template for BLOGGER Free template sexy Free design Template theme blogspot free free classic bloggerskin download template blog car template website blog gratis daftar html template kumpulan templet 3coloum free xml template blogs html template untuk blogger free templet blog free template cake designs blogspot andreas
 

Browse

Pengikut